Wisata Sejarah Pulau Penyengat


Sudah satu setengah tahun saya tinggal di Pulau Bintan, tepatnya di Kota Tanjungpinang, namun belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di Pulau Penyengat. Kalau kata orang sini, berapa lamapun kamu tinggal di Tanjungpinang, namun jikalau belum pernah berkunjung ke Pulau Penyengat, maka kamu belum layak disebut sebagai orang Pinang!


Pulau Penyengat merupakan pulau bersejarah yang terletak hanya 15 menit dari pelabuhan Sri Bintan Tanjungpinang, atau sekitar 3 km saja. Raja Haji Fisabilillah, tokoh Kepulauan Riau, yang belum lama ini dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada era Presiden SBY dulu, dimakamkan di Pulau Penyengat ini. Beliau terkenal dengan karyanya yakni ‘Gurindam Duabelas’. Beliau juga adalah penyusun “Kitab” Bahasa Indonesia pertama yang memang berasal dari Bahasa Melayu. Masyarakat Kepulauan Riau termasuk Tanjungpinang dan Pulau Penyengat sampai dengan hari ini masih menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa sehari-hari.
Akhirnya saya menyempatkan diri ke Pulau Penyengat bersama istri pada hari Minggu yang lalu. Kami berdua berangkat ke pelabuhan menggunakan motor dan diparkir di pelabuhan. Parkir di sini gratis, tidak dipungut biaya sama sekali. Dengan biaya keberangkatan sebesar Rp 7 ribu per orang, kami berdua pun naik perahu bermotor ke Pulau Penyengat.
IMG_1604
Perahu Bermotor Kapasitas 20 Orang
Perahu ini berkapasitas sekitar 20 orang. Sistem keberangkatan perahu ini tidak mematok jam tertentu, namun menggunakan system kuota. Ketika jumlah penumpang sudah mencapai 15 orang, maka perahu ini langsung jalan. Penumpang perahu Tanjungpinang – Penyengat tidak pernah sepi lantaran penduduk Pulau Penyengat kebanyakan juga bekerja di Tanjungpinang. Sehingga mereka PP Penyengat-Tanjungpinang setiap harinya dengan menggunakan perahu ini.
Setelah 15 menit perjalanan dengan perahu, kami pun sampai di pelabuhan Penyengat. Kami langsung ditawari Ojek bermotor untuk berkeliling Pulau Penyengat, dengan tarif Rp 30 rb untuk dua orang selama satu jam.
Objek wisata pertama yang kami singgahi adalah Komplek Pemakaman Raja Penyengat. Di sini ada makan Raja Haji FIsabilillah dan Raja Hamidah. Di komplek pemakaman ini terdapat penjelasan singkat mengenai Raja Haji Fisabilillah dan Raja Hamidah. Terdapat juga batu berukir yang bertuliskan sajak-sajak dari Gurindam Duabelas.
8
Gurindam Pasal 1 dan 2
9
Gurindam Pasal 3 dan 4
10
Gurindam Pasal 5 dan 6
11
Gurindam Pasal 7 dan 8
12
Gurindam Pasal 9 dan 10
13
Gurindam Pasal 11 dan 12
Isi dari Gurindam Duabelas sarat akan makna. Silahkan dibaca dan dihayati untuk diambil pesan-pesan mulia dari seorang raja di jamannya. Raja Haji Fisabilillah sebagai pembuat Gurindam Duabelas yang termahsyur ini lahir pada tahun 1808 dan wafat pada tahun 1873 di Pulau Penyengat. Jadi pada rentang tahun itulah Gurindam Duabelas ini dibuat oleh Beliau. Meskipun sudah lama dibuat, namun masih terasa segar apabila membaca sajak-sajak dari Gurindam Duabelas.
14
Penjelasan Singkat tentang Raja Haji
Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Komplek Pemakaman Raja Ja’far dan Raja Ali.
16
Halaman Kompleks Pemakaman Raja Ja’far dan Raja Ali
Perjalanan kami selanjutnya adalah ke Balai Adat Pulau Penyengat. Di sini adalah tempat menerima tamu penting dan juga tempat untuk menyelenggarakan acara-acara besar Kerajaan Penyengat. Sampai sekarang pun Balai Adat masih digunakan sebagai tempat diselenggarakannya event-event di Tanjungpinang.
17
Penjelasan Singkat tentang Balai Adat Pulau Penyengat
Perjalanan terakhir kami adalah ke Masjid Penyengat yang mencolok dengan cat warna kuning dan hijau. Selain mengunjungi masjid ini, kami sekalian melaksanakan Sholat Dzuhur dikarenakan saat itu sudah hampir masuk waktu sholat. Ternyata di dalam masjid terdapat Kitab Alquran yang ditulis dengan tangan, yang sudah berusia ratusan tahun namun masih awet karena dipelihara di dalam kotak kaca.
19
Pintu Gerbang Masjid Penyengat
czc
Halaman Masjid Penyengat
quran
Alquran Tulis Tangan di Dalam Masjid Penyengat
Setelah sholat Dzuhur, kami menyempatkan diri untuk menyantap otak-otak ikan khas Penyengat. Kami pun membawa pulang beberapa otak-otak, deram-deram (kue khas Penyengat berbentuk seperti donat mini berbahan dasar tepung beras dicampur gula merah), dan juga kue seperti mochi (tepung kanji berisi kelapa manis dilumuri oleh serbuk kacang). Begitulah perjalanan singkat kami mengunjungi Pulau Penyengat, pulau bersejarah asal mula Bahasa Indonesia dan juga  Gurindam Duabelas yang termahsyur itu.
22
Peta Pulau Penyengat
Respect.
-Theloenkz

repost from theloenkz
Maret, 2016

Komentar

Postingan Populer