Mengejar Sunrise di Pantai Ketapang (Pulau Rupat)
Sabtu, (29/01/17)
Kami (saya, suami, temen kesayangan saya dan beberapa teman
suami) berangkat ke Dumai sekitar pukul 10.30. Perjalanan ke Dumai biasanya
ditempuh selama 1,5 hingga 2 jam. Pada awalnya sama sekali tidak ada rencana ke
pulau Rupat, namun karena ada kondangan ke Dumai, kawan kawan mengajak sekalian
berlibur. Saya sendiri tidak membayangkan bagaimana pantai pantai di pulau
Rupat. Suami saya mendapat info bahwa perjalanan ke pantai dari penyeberangan
masih sekitar 2 jam, sehingga kami harus menginap di sana. Dengan semangat 45
kami mempersiapkan bekal menuju pantai. J
Pukul 15.00
Selesai kondangan, kami langsung caw menuju pelabuhan Roro (Roll on-Roll off) Dumai-Rupat. Kami
mengejar kapal pukul 15.00, namun sepertinya jadwal kapal roro tidak tetap,
saya juga kurang tahu. Ketika masuk pelabuhan di gerbang pertama kita akan
langsung dihadang oleh oknum petugas, namun kata teman yang memang adalah warga
Dumai, bukan disitu kami membeli tiket karena bila beli disitu harga akan
dinaikkan oleh mereka sendiri. Sekitar 100 meter di depan, kami baru membeli
tiket. Untuk 1 mobil tarifnya 100.000 rupiah, dan per kepala diharuskan
membayar Rp 10.000,00. Setelah membayar dengan petugas yang rasa-rasanya
seperti bukan petugas resmi juga. Kami langsung menuju Roro dan sudah berada di
antrian antrian akhir, di depan sudah banyak truk, dan sepeda motor yang
berjajar. Untuk kendaraan besar seperti truk dan mobil, kapal ini tidak
menampung terlalu banyak, kurang lebih 10 kendaraan besar per perjalanan. Kami
menunggu lama di atas dek, pukul 15.50, kapal baru berangkat. Perjalanan
ditempuh dengan waktu yang cukup cepat hanya sekitar 20 menit. Namun memang
lama dalam proses bongkar muat barang, ketika berangkatpun sepertinya menunggu
kapal penuh terlebih dahulu, karena di belakang mobil kami banyak sepeda motor
berjejer ikut menyeberang.
Pukul
16.30
Kami
sampai di pulau Rupat dan melanjutkan perjalanan untuk menuju pantai Ketapang.
Di awal awal perjalanan, kami masih bisa menikmati jalanan yang cukup mulus,
namun hal tersebut tidak berlangsung lama, hingga sekitar 2km saja. Setelah
itu, kami harus berjibaku dengan jalanan yang berlubang parah. Untuk
mencapai pantai Ketapang, kami harus berkendara selama 3 jam dengan kecepatan
kurang lebih 30km/jam. Bila jalanan mulus dan infrastrukturnya baik seperti ada
lampu jalan, mungkin perjalanan bisa ditempuh dalam waktu satu jam. Kami sampai
di homestay menjelang waktu Isya, merebahkan diri dan dilanjutkan dengan makan
malam. Daerah tersebut sangat sepi, dan ada beberapa penduduk yang menyewakan
rumahnya untuk dijadikan penginapan. Namun tidak seperti penginapan layaknya
tempat wisata, ada beberapa kamar yang cukup nyaman namun hanya ada 1 kamar
mandi, sehingga kami harus bergantian. Dan, jangan terlalu berharap dengan
adanya air jernih di Rupat, karena di sana air tanahnya tercampur dengan akar
akar pepohonan yang berwarna merah, sehingga kita akan mandi dan melakukan
kegiatan lain dengan air berwarna coklat kemerahan.
Perjalanan
dari homestay ke pantai berkisar sekitar 15 menit, kami ingin survey terlebih
dahulu jalanan ke pantai, agar besoknya kami tak terlambat mengejar sunrise.
Ternyata jalanan begitu gelap! Karena semakin mendekat ke pantai, semakin tidak
ada lampu lampu dari rumah penduduk. Di awal perjalanan masih ada rumah rumah
penduduk beretnis Tionghoa karena terdapat lambang atau simbol di depan pintu
pintunya. Sampai di pantai kami sejenak menikmati suara deburan ombak yang
telah pasang, setelah itu pulang dan bersiap agar besok pagi bisa menuju pantai
dengan waktu yang tepat.
Pukul
04.30 pagi, kami sudah bersiap berangkat ke pantai.
Komentar
Posting Komentar