Birth story of mine

Birth story of Nilam Andini
written 17/01/18

Kamis,11 Januari 2018
Dari pagi jam 04.00 perut terasa kenceng kenceng dan kaku, udah sering kontraksi palsu, tapi yang ini cukup intens sekitar 1 jam sekali. Bangun subuh terus sholat, masih kerasa kaku kenceng tapi masih cukup ringan, ngga sakit sama sekali. Sebelum suami berangkat ngantor sempat dipijat dulu dan dielus elus sama suami. Mulai ngitung durasi kontraksi tapi masih sekitar 30detik aja, nyatet waktu waktu kontraksi mulai 
07.18
07.30
07.47
08.12
08.20
08.43
08.55
Sekitar jam 9 pagi mandi, ternyata udah ada tanda cinta dari dedek bayi flek kecoklatan di cd. 
Sesaat setelah mandi,muncul gelombang cinta yang sangat ringan. Suami mengabari bidan kami di Duri (sekitar 1 jam dari rumah kami di Dumai), katanya bidan sudah bersiap untuk otw,tapi kemudian saya bilang gelombang cinta sudah hilang lagi,tidak terasa sama sekali. Akhirnya bidan belum jadi berangkat. Saya kira waktu untuk persalinan masih lama, terkadang pembukaan satu atau dua bisa kisaran hari, saya juga santai saja belum cek posisi bayi terakhir, di usia 36 minggu dedek juga belum masuk panggul, saya berusaha untuk rutin powerwalk sejak 37minggu setidaknya 1-3km sehari,namun hari Senin kemarin tgl  8 Januari 2017 kaki saya terkilir sehingga tidak bisa yoga ataupun powerwalk. 
Siang itu, suami membelikan 2 buah nanas,lalu saya memakan hampir 1 buah nanas. Hari itu, saya memakan apa saja yang ingin saya makan😄. Siang berlalu dan berlangsung seperti biasa, suami menawarkan untuk mengisi kolam karet yang sudah kami rencanakan untuk waterbirth, tapi saya masih merasa enggan, "kalau beli air sekarang kalau lahirannya nggak sekarang airnya jadi kotor", karena di Dumai air tanahnya rawa, sehingga berwarna kekuningan dan kurang jernih, kami harus membeli air terlebih dahulu.
Kurang lebih jam 21.00 saya dan suami "ngamar" biasanya sebelum tidur kami cerita cerita dulu, pijat memijat dsb. Saya minta suami melakukan endorphin massage 💆🏼, kemudian sekitar beberapa menit setelahnya perut saya terasa mulas seperti kram haid. Saya makin senang sepertinya tanda cinta dari dedek tadi pagi nggak php😄😍😍. Saya makin sering ke kamar mandi untuk buang air kecil, sekitar pukul 23.00 rasanya semakin intens, saya minta suami untuk mengabari bidan agar segera datang, karena rasanya sudah datang gelombang cinta per 5 menit sekali dan rasanya makin aduhai tidak seperti pagi tadi.
Saya terus mengingat untuk berdansa bersama suami, berjalan, melakukan cat cow pose, pokoknya harus aktif! Saya juga merasa sangat tidak nyaman jika harus tidur saja, tiba tiba saat saya sedang bergoyang,pyok! Air ketuban pecah dan mengaliri kasur. Saya bilang ke suami "yaaaaank, air ketuban yank, bidan emma udah dimana.." tapi saya sempat melihat kalau airnya jernih, saya masih berusaha berpikir, masih bisa gerak ngga ya kalau air ketuban sudah pecah, saya cuma meminta suami untuk terus menyiapkan minum, hampir setiap selesai kontraksi saya minum, dan memang rasanya sangat kehausan dan kepanasan, hareudaaang booo alias sumuk 😀😀😀.
Saya sudah mulai sulit mengatur napas, setelah ketuban pecah saya minta suami membangunkan ibu saya agar juga bersiap menyambut kehadiran TAMU AGUNG KESAYANGAN❤️☺️😭
Sekitar pukul setengah 2 pagi, ibu bidan sampai di rumah kami, dan saya merasa lebih lega, karena ingin tau ini bukaan berapa.. karena rasanya sudah ingin mengejan terus. Qadarullah ternyata kepala dedek masih tinggi, kami masih harus berjuang bersama agar kepala dedek turun, sebelumnya saya sudah terlalu kepedean kalau kepala dedek sudah di bawah dan tinggal beberapa kali mengejan keluarlah dedek, tapi ternyata saya belum mendapatkan momen itu, posisinya juga agak miring kata bu bidan sehingga penurunannyapun sangat sedikit.
Saya terus berusaha afirmasi dedek, "cepet turun ya dek, ibu sudah kangen banget sama dedek.. bapak juga, ini ditunggu sama uti, sama bu bidan.." Saya berulangkali merasa menyesal dan bersalah, karena kurang mengoptimalkan posisi jalan lahir dedek 😔. Detik demi detik berlalu, saya kira adek menunggu waktu subuh, karena biasanya di waktu subuh dia bangun dan menendang nendang, nafas saya sudah sulit dikontrol dan sering curi curi mengejan, tapi selain itu memang saya ingin bab😅😅. Bu bidan masih mendampingi dengan lembut dan sesekali mengusap punggung saya,  asistennya menawarkan untuk menginfus saya, tapi saya ketakutan kalau itu induksi dan membikin rasa sakit menjadi berkali lipat sehingga saya menolak. Suami saya memberikan semua pilihan kepada saya, bu bidan juga terus meminta suami untuk stimulasi puting agar kontraksi jalan terus. sekitar hampir pukul 6pagi, saya sudah merasa kehabisan tenaga karena mungkin riwayat HB saya yang juga agak rendah. Saya merasa agak was was karena kontraksi hilang timbul, "aduh kok malah rasa sakitnya jadi hilang.." akhirnya saya menyetujui untuk diinfus. Gelombang cinta masih terasa sama seperti yang sebelumnya tapi saya sudah mulai lelah, saya sudah boleh mengejan dan bu bidan selalu menyemngati kalau dedek juga pinter untuk turun mencari Jalannya. Saya sempat bilang, "sakit bu, gelombang cinta datang tapi nafas saya ngga kuat.." lalu bu bidan bilang, yaudah nggapapa istirahat dulu. Tapi di sisi lain saya juga ingin segera bertemu dengan adek, ketika gelombang cinta datang lagi,bu bidan meminta ijin untuk membantu proses keluarnya adik bayi. Bu bidan bilang, "ayo tinggal 2kali lagi mengejan, dedek sudah lahir mbak.." seolah tak percaya saya bertanya pada ibu saya," ma udah keliatan dedeknya? Ibu saya menjawab sudah, semangat saya kembali.. dan Bismillah dengan 4x lagi mengejan lahirlah putri saya, Jumat pukul 07.30, Nilam Andini dengan tangisnya yang cukup menggelegar, rasanya
Sangat lega luar biasa.. sangat amazed dan bersyukur sekali kepada Allah swt dengan segala keajaibanNya, karena tanpa bantuan Allah, pasti saya tidak akan kuat menghadapi situasi yang tidak sesuai dengan perkiraan saya. 😀☺️😇🙏🏻❤️

Evaluasi saya:
  1. Nafas dan fokus : selama ini ketika latihan nafas dan fokus agak kurang serius, dan kurang konsisten dari hari ke harinya.
  2. Untuk yoga kata bu bidan sudah bagus, dan sangat membantu kestabilan stamina saya sampai dedek lahir. Dan yoga membuat kehamilan hingga tm 3 terasa sangat nyaman.
  3. Hypnobirthing belum masuk afirmasi2nya, kalaupun masuk masih ada hal hal lain yang mengganggu.
  4. Ada sedikit intervensi, namun dengan persetujuan saya karena sayanya sendiri yang sudah kehabisan tenaga dan sudah hilang kesabaran😅
  5. Kepala bayi belum masuk panggul hingga 36minggu, melakukan powerwalk 3-5xseminggu dan creating space dg yoga sepertinya masih kurang, main gymball juga belum membuat kepala masuk panggul, ada kemungkinan karena bbj terlalu besar, kemudian ada juga pose pose yang kurang menguntungkan yang sering dilakukan juga seperti posisi duduk yg salah dsb.
  6. Belum bisa melakukan lotus birth karena plasenta saya yang sudah tidak utuh saat keluar, bila dilakukan LB bisa malahan menjadikan bakteri karena selaput pelindung plasenta sudah sobek, kemungkinan dikarenakan kualitas darah saya yang kurang bagus, saya baru cek darah di usia 36minggu, seharusnya maksimal cek darah TM3 di usia 32minggu, karena saya merasa tidak ada keluhan yang berarti. Namun sempat delay chord clamping sekitar 1 jam😊


Alhamdulillah Alhamdulillah, mohon perlindungan bagi anak kami selalu ya Allah😇

Komentar

Postingan Populer