Mindful ala Tsabary
Jakarta, 16 Juni 2018
Lebaran hari kedua bertiga.
Baru kali ini (atau udah sering ya :p) saya begitu fanatik dengan buku tentang pengasuhan. Sebuah buku yang menurut saya mahakarya, dan entah bagaimana dengan tarik menariknya energi di sekitar saya, saya bisa dipertemukan dengan buku tersebut yang membuat saya begitu bersyukur. Entah kenapa buku itu terasa benar benar ( dalam hati) (gileeee bener bangetttt isi buku ini). Segala pengamatan saya terhadap berbagai orangtua yang ada di sekitar saya, seakan semuanya terjawab. KESADARAN atau MINDFULNESS benar benar kita butuhkan dalam setiap langkah hidup atau pikiran yang mendasari perilaku yang kita ambil.
Setelah membaca buku tersebut, saya kembali berpikir dan berpikir, terus berpikir bagaimana untuk memperbaiki cara pandang, cara bicara, dan cara menge-treat orang lain. Walau saat ini masih jauh dari baik dan sempurna, karena jujur saya masih memahaminya dalam segi kognitif dan afektif, sedangkan psikomotornya masih sangat sulit untuk dilakukan, namun percayalah apa yang saya pikirkan saat ini, jauh jauh lebih bijaksana daripada apa yang sering saya pikirkan pada saat sebelumnya. Doa saya, berikanlah amal jariyah atau hidayah yang begitu besar pada Dr. Shefali Tsabary ya Allah.
Dalam sebuah bab di bukunya, Dr Shefali menyatakan soal pemikiran bahwa dunia ini penuh kelangkaan, sebuah pemikiran yang dulu ketika masa saya SMA hingga awal kuliah saya amini, Saya berpikir tentang kompetisi, apakah sebenarnya kompetisi itu tidak terlalu nampak apabila semua orang mngetahui dan mengembangkan potensinya. TUHAN MAHA KAYA. Kata kata ini barangkali sering kita dengar namun kita dihadapkan pada dunia yang kebingungan, untuk mengais rejeki. Merasa selalu kurang, dan terkadang sampai perlu untuk sikut sikutan. Sebuah konsep yang hanya ada di mulut manusia, manis namun dalam hati sebetulnya meragu.
Ada kebanggan ketika berhasil mengalahkan beberapa peserta lomba/persaingan apapun itu. padahal yang hanya perlu dicari dan digali adalah, potensi dan kompetensi diri. Fokus dalam diri, maka langkah kaki akan menemukan jalannya sendiri.
Salam,
Lebaran hari kedua bertiga.
Baru kali ini (atau udah sering ya :p) saya begitu fanatik dengan buku tentang pengasuhan. Sebuah buku yang menurut saya mahakarya, dan entah bagaimana dengan tarik menariknya energi di sekitar saya, saya bisa dipertemukan dengan buku tersebut yang membuat saya begitu bersyukur. Entah kenapa buku itu terasa benar benar ( dalam hati) (gileeee bener bangetttt isi buku ini). Segala pengamatan saya terhadap berbagai orangtua yang ada di sekitar saya, seakan semuanya terjawab. KESADARAN atau MINDFULNESS benar benar kita butuhkan dalam setiap langkah hidup atau pikiran yang mendasari perilaku yang kita ambil.
Setelah membaca buku tersebut, saya kembali berpikir dan berpikir, terus berpikir bagaimana untuk memperbaiki cara pandang, cara bicara, dan cara menge-treat orang lain. Walau saat ini masih jauh dari baik dan sempurna, karena jujur saya masih memahaminya dalam segi kognitif dan afektif, sedangkan psikomotornya masih sangat sulit untuk dilakukan, namun percayalah apa yang saya pikirkan saat ini, jauh jauh lebih bijaksana daripada apa yang sering saya pikirkan pada saat sebelumnya. Doa saya, berikanlah amal jariyah atau hidayah yang begitu besar pada Dr. Shefali Tsabary ya Allah.
Dalam sebuah bab di bukunya, Dr Shefali menyatakan soal pemikiran bahwa dunia ini penuh kelangkaan, sebuah pemikiran yang dulu ketika masa saya SMA hingga awal kuliah saya amini, Saya berpikir tentang kompetisi, apakah sebenarnya kompetisi itu tidak terlalu nampak apabila semua orang mngetahui dan mengembangkan potensinya. TUHAN MAHA KAYA. Kata kata ini barangkali sering kita dengar namun kita dihadapkan pada dunia yang kebingungan, untuk mengais rejeki. Merasa selalu kurang, dan terkadang sampai perlu untuk sikut sikutan. Sebuah konsep yang hanya ada di mulut manusia, manis namun dalam hati sebetulnya meragu.
Ada kebanggan ketika berhasil mengalahkan beberapa peserta lomba/persaingan apapun itu. padahal yang hanya perlu dicari dan digali adalah, potensi dan kompetensi diri. Fokus dalam diri, maka langkah kaki akan menemukan jalannya sendiri.
Salam,
wujud sebuah keberlimpahan |
Komentar
Posting Komentar