My born in a caul secondborn

Birth Story "Intan Albiruni"

Senin, 19 Oktober 2020 

Dini hari sekitar pukul 02.00

Merasakan mules ingin BAB dan kontraksi ringan.. mencoba untuk memahami rasa yang datang, dan akhirnya memang keluarlah BAB dini hari itu. Merasa senang, dan berpikir tubuh mulai bersih bersih menyambut seorang tamu yang akan datang. Bangun, dan solat (kalo punya hajat baru deh rajin, dasar manusia:-() coba mencatat kontraksi yang datang, ringan sekali, dengan durasi sekitar 40 detik hingga 1 menit dan interval per 5-10 menit. Akhirnya ketiduran sampai pagi. Bangun, solat subuh muncul flek ketika BAK. Pengalaman dari anak pertama, penipisan serviks juga ditandai dengan flek, semakin senang dan kontraksi ringan masih berjalan terus. 

Merasa heran juga dengan kontraksi yang datang secara intensif tapi ringan sekali, sehingga seperti tidak ada beda dengan braxton Hicks (kontraksi palsu) tapi sudah pernah baca bahwa konspal pun akan membawa progress bagi persalinan. Dulu ketika anak pertama, kontraksi ringan di pagi hari, hanya muncul beberapa kali dengan interval sekitar 10-15 menit, setelah itu langsung kontraksi rapat yang cukup menguras tenaga dan lama  di malam harinya, untuk kali ini sangat intensif dan terus menerus per 5-10 menit, paling lama 20 menit, sehingga sangat heran sekaligus senang merasakan pengalaman yang lain. Sesekali duduk di gymball,melakukan gerakan gerakan penurunan janin ke panggul, (malasana,sufi rotation, side lunges) dan ketika kontraksi datang melakukan cat and cow, hampir tidak sakit sama sekali. Dari senin pagi hingga sore BAB hingga 3x, diimbangi dengan makan kurma 7-9 buah, pisang, ubi, sedikit nasi, telur rebus 4 butir, tahu, dan protein lain. Banyak minum dan BAK supaya tidak dehidrasi, dan menyempatkan untuk tidur siang. Sore datang, dan berjalan seperti biasa, lalu berpikir hmm kok belum juga ya.. Anak pertama yang berusia 2th 9bulan minta nenen, mungkin memang tau kalau dia ga bakal bisa nenen lagi. Saya kasih aja nenennya biar sekalian intenskan kontraksi, tapi dia cuma nenen sebentar saja, dan qadarullah entah gimana kok hari itu dia tidak tidur siang, padahal dia ga pernah absen dari yang namanya boci sehingga sekitar pukul 18.30, dia sudah tertidur. Saya dan pak suami berpikir apakah memang ditakdirkan demikian karena, adiknya sudah mau lahir, jadi bapaknya juga bisa fokus ke proses lahiran adiknya. Setelah solat Isya saya suruh bapak cepet cepet istirahat siapa tahu malam nanti perlu begadang, sang bapak menuju istirahat eh anaknya malah bangun🤪. Saya mikir harusnya langsung ditidurkan lg anaknya, entah dielus atau pukpuk, tapi sama sang bapak malah diajak cerita cerita yang biasanya bikin otaknya aktif, dan hilanglah rasa kantuk. 🤪 Saya mulai merasakan kontraksi yang agak kuat,jadi atur nafas sendiri dan membiarkan bapak dan anak itu cerita cerita, tapi agak was was juga kalau malah gak jadi tidur. Akhirnya di sela sela kontraksi saya ajak anaknya tidur, dan akhirnya dia tertidur lagi tapi tidak terlalu nyenyak. Ketika saya pindah,turun dari ranjang karena merasakan kontraksi lg yang agak kuat, dia bangun lagi dan mulai rewel. Akhirnya saya elus dia dari samping kasur dan dia tidur di pinggiran kasur, hingga benar benar terlelap. Waktu menunjukkan hampir pukul 22.00, saya juga berpikir ingin tidur sejenak, namun kontraksi lebih kuat dan saya ingat saya berkeringat seperti ketika anak pertama, pertanda kontraksinya sudah cukup serius. Saya bangunkan suami, duduk di gymball dan meminta suami untuk memutar tangan saya dan dzikir ketika kontraksi datang, rasanya sungguh berbeda dengan menahan sakit. Dengan memutar tangan dan bernafas dalam, saya seolah merasakan "flow" semua mengalir, dengan tenang. Ketika suami berdzikir segala rasa sakit seperti perlahan memudar. "Laa haula wa la quwatta illa bilah"


Ketika kontraksi mulai surut, saya duduk bersandar di dinding, rasanya seperti berteduh di pohon setelah perjalanan panjang. Saya mencoba BAK lagi,namun sudah sulit dan hanya keluar beberapa tetes. di sela sela itu suami wa dengan bidan, dan mengatakan pada bidan untuk standby tapi juga menyuruh bu bidan untuk tidur terlebih dahulu.😂 Ketika semuanya telah selesai bu bidan berkata, "Saya udah feeling bukaan besar kok malah disuruh tidur sama abangnya.🤪🤣🤣" Suami mengatakan akan menghubungi lagi, ketika ketuban sudah pecah karena waktunya memang hampir sama seperti anak pertama. Waktu itu anak pertama ketuban pecah,lalu masih harus menunggu sekitar 6 jam untuk lahir, suami masih berpikir setelah ketuban pecah masih banyak waktu sebelum bayi lahir. Namun bu bidan menyampaikan bahwa bila sudah tanda ada rasa ingin mengejan walaupun ketuban belum pecah, harus segera disampaikan. Suami bilang, saya masih bisa menahan. Lalu bu bidan mengirimkan asistennya untuk memeriksa pembukaan. Asisten bidan datang pukul 23.30 lalu melakukan VT, VT dilakukan saat kontraksi. Sebenernya mager banget untuk tidur posisi telentang setelah keenakan duduk di gymball. Tapi saya juga ingin tahu, sudah pembukaan berapa. Asisten bidan bilang ini bukaan 6 ke 7 katanya, suami saya bertanya bukaan sampai 12 ya bu? 😏🤪 Setelah itu kontraksi makin tak berjeda. Lalu saya merasakan sensasi mengejan, mencoba bernafas, namun tetap ada suara mengejan, dan asisten bu bidan bertanya, "Kakak ngejan kak? Kak udah pingin ngejan kali?" Dengan logat bataknya😀 Lalu dia menyuruh saya ubah posisi untuk diperiksa, dan menelepon bu Bidan bahwa saya sudah bukaan lengkap. Lah saya juga heran kok bukaan sudah lengkap hanya berjarak beberapa menit dari pembukaan 7. Bu bidan bertanya,kepala masih tinggi? "Nggak kok kak,ini selaput ketubannya dah nampak" saya juga was was kalau masih tinggi, karena belum ada sensasi bayi sudah berada di pintu. 

Lalu bu bidan datang, dan saya masih dalam posisi berlutut di gymball. Saya masih mencoba bernafas dan menahan mengejan, karena pengalaman anak pertama yang belum saatnya mengejan dan sudah banyak mengejan membuat jalan lahir bengkak. Lalu saya tanya, ini udah boleh ngejan belum ya? Udah kak, anus sudah bulat penuh. Lalu saya mengejan kuat kuat, itupun bayi masih terasa belum turun, tapi saya tanya apa kepala bayi sudah crowning? Ya beloom laaaa malih🤪. Suami memijit dan mengelus bagian dekat tulang ekor, dan terasa sangat sangat nyaman. Kontraksi datang lagi dan saya mengejan kuat lagi, AHA kepala mulai turun, dan ketika crowning memang sangat terasa. Saya pegang kepala bayi yang masih terbungkus selaput ketuban, bu bidan menawarkan.. mau tangkap sendiri kak bayinya? Saya bilang enggak kok bu. Kepikiran apa mau ditangkap sama suami, kayanya enggak juga sih. Ya sudah lah fokus ke nafas lagi. 

Bu bidan memandu untuk bernafas pelan saat kontraksi datang, pelan pelan, dan akhirnya lahirlah seluruh tubuhnya disertai dengan pecahnya air ketuban yang membungkus tubuh  mungilnya. (00.40)

ALHAMDULILLAH ALHAMDULILLAH SEGALA PUJI BAGI ALLAH TUHAN SEMESTA ALAM.

NB: lahiran memang bisa enak,nyaman,kilat. Pantesan orang zaman dulu yang emang kerja tani/ terbiasa kerja berat gampang banget lahirannya. Punya anak banyak jarak deketan santuy aja. 🙄 Tapi emang perlu ada kepasrahan dan kepercayaan pada Tuhan, bahwa ga bisa ngandelin kekuatan sendiri. Dan buat orang jaman sekarang perlu ada persiapan persiapan karena proses pengasuhan juga butuh komitmen jadi pembuktian komitmen nya yaitu persiapan, jg dimulai sejak dari masa konsepsi bahkan pra konsepsi. 


Komentar

Postingan Populer