Bertemu Bangladesh di Singapore
Malam itu kami pergi ke City Square Mall karena saya masih mencari beberapa barang dan belum menemukannya. Selang beberapa saat, hari hujan, wajar saja karena ini adalah bulan November. Musim penghujan telah tiba bagi negara negara 2 musim di Asia. Setelah hujan agak reda, kami keluar dari mall dan menuju ke Mustafa centre, karena letaknya berdekatan dan kami berencana untuk membeli sedikit coklat sebagai oleh oleh. Mustafa centre bukan hanya menjual coklat, namun berbagai jenis barang dan makanan tersedia di sana yang membuat kami menjadi agak salah fokus dan menghabiskan cukup banyak waktu. Sejak kepergian kami yang pertama ke Singapura, Mustafa centre sudah ada di Bucket list namun belum terwujud hingga hari itu. Lokasinya terletak di kampung India sehingga ketika kita berjalan di sekitar daerah itu, kita akan banyak menemui orang-orang India dan makanan makanan India. Kami sudah selesai berbelanja di Mustafa centre dan putri kami yang berusia 1tahun 9 bulan sudah mulai mengantuk. Hujan masih mengguyur, tidak deras namun juga tidak ringan, kami putuskan untuk berjalan pulang ke hotel yang letaknya sekitar 1.5km dengan mendorong stroller putri kami. Kami menyusuri jalan Kampong Kapor, berusaha berjalan di bawah naungan pertokoan agar tidak terlalu kehujanan. Namun setelah beberapa saat, bangunan pertokoan sudah habis dan kemudian kami harus sedikit berhujan hujan dengan berlari lari kecil. Tiba tiba dalam perjalanan itu, seorang lelaki menawarkan untuk berbagi payung. Ia hendak pergi ke Jalan besar station, searah dengan hotel kami. Anak muda itu berasal dari Bangladesh, dan mencari penghidupan dengan kerja kasar di Singapura. Banyak orang Bangladesh yang merantau ke Singapura, katanya. Namun di akhir periode kerja ini, ia hendak pulang ke negaranya. Irfan menuntun kami melewati jalan-jalan tikus yang lebih aman dari guyuran hujan, sembari mengobrol dengan ramah pada suami saya. Tiba di akhir perjalanan, suami saya mengucapkan terimakasih atas "tumpangan" payungnya. Ia tersenyum mengucapkan "you're welcome" dan menyampaikan salam perpisahan. "Assalamualaikum Brother." Bertemu dengan Irfan membuat saya dan suami merasakan hangatnya rasa persaudaraan di negeri yang memang terasa sangat individualis. Bahkan di Indonesia pun yang notabene adalah negara muslim, saya sering merasakan lo lo dan gue gue. Semoga Irfan selalu diberi berkah oleh Allah dan kita pun bisa melakukan kebaikan kebaikan kecil sepertinya.
Komentar
Posting Komentar